Selasa, 28 Februari 2012

Medaka Box


Aku sudah lama ingin menulis sesuatu tentang ini. Cuma masalahnya, aku bahkan hingga kini enggak yakin persisnya mau menulis apa.

Jadi begini.
Semenjak adaptasi anime Bakemonogatari keluar, aku menjadi semacam penggemar pengarang novel asalnya: Nisio Isin. Lalu sehabis beberapa kali menelusuri infonya di Internet, aku mengetahui bahwa beliau pernah juga menjadi penulis naskah untuk beberapa manga Weekly Shonen Jump terbitan Shueisha. Salah satu yang pernah beliau buat adalah one-shot berjudul Uruboe Uroborous yang dikerjakan bersama Obata Takeshi, yang juga merupakan penggambar untuk Bakuman dan Death Note. Tapi manga yang akan kuceritakan sekarang adalah serialisasi manga pertama berliau: seri aneh yang beliau kerjakan bersama Akatsuki Akira, Medaka Box. eh ngomong-ngomong sebentar lagi serial ini akan diadaptasi menjadi Anime oleh studio Gainax

Kotak Saran
Medaka Box benar-benar enggak bisa dijabarkan dengan kata-kata.
Ceritanya pada dasarnya berkisah tentang upaya-upaya gadis bernama Kurokami Medaka dalam menjalani tugas-tugasnya sebagai Ketua Dewan Siswa (seitokaicho; ketua OSIS) SMA Hakoniwa. Medaka adalah gadis cantik super jenius dan super atletis yang ingin bisa mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang lain. Sesudah terpilih menduduki jabatan ketua (meski masih hanya kelas satu) dengan kemenangan mutlak sembilan puluh sekian persen banding berapaa gitu, ia membuka layanan Medaka Box—kotak aduan di mana para murid bisa menyampaikan keluhan-keluhan mereka tentang sekolah ataupun kehidupan mereka secara anonim dan mendapatkan bantuan Dewan Siswa.
Dalam menjalankan perannya, Medaka berhasil menyeret teman masa kecilnya, Hitoyoshi Zenkichi, untuk mendampinginya sebagai pembantu umum (apa ini istilah yang tepat?). Berbeda dengan Medaka, Zenkichi adalah cowok sepenuhnya normal yang cuma berharap bisa menjalani kehidupan SMA-nya dengan damai—tapi sudah menjadi sifat dasarnya untuk bekerja sangat keras, terutama di bidang olahraga, agar dirinya bisa senantiasa mengimbangi Medaka.


Lalu di awal-awal, ceritanya seakan bertema tentang bagaimana keduanya bahu-membahu dalam mengatasi masalah-masalah para murid di sekolah. Keduanya di awal cerita lumayan kekurangan orang akibat betapa siswa-siswa lain merasa segan terhadap keunggulan Medaka—sampai-sampai di awal cerita, Medaka menjabat sebagai ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara sekaligus. Dipaparkan juga tentang seperti bagaimana persisnya hubungan Medaka dan Zenkichi, mengingat akibat kejeniusannya, Medaka tumbuh menjadi orang yang benar-benar aneh (sebagian tokoh menduga bahwa saking jeniusnya Medaka, dia sampai menjadi bodoh kembali).
Tapi kemudian cerita terus berkembang dan berkembang, sampai-sampai… hadir murid-murid berkemampuan super, adegan-adegan pertarungan terjadi, semakin banyak tokoh aneh yang muncul baik sebagai kawan maupun lawan… Pokoknya! Akhirnya terungkap bahwa SMA Hakoniwa adalah lahan percobaan untuk proyek rahasia yang disebut Flask Plan, yang merupakan suatu proyek eksperimentasi manusia jangka panjang untuk menghasilkan individu yang sempurna, dan Medaka hanyalah salah satu subjek dari hasil percobaan ini. Kenyataan inilah yang kemudian menjadi sumber dari segala konflik dan perselisihan yang Medaka dan kawan-kawannya harus hadapi selama mengemban jabatan sebagai Dewan Siswa di Hakoniwa!


Muncul orang-orang yang hadir di Hakoniwa yang memiliki kepentingan mereka terhadap proyek ini, dan Medaka hanya ingin menjaga ketertiban dan ketentraman bagi semua murid yang bersekolah di tempat ini.

Err… inti ceritanya masih enggak kebayang ya?

Terlalu Banyak Kutipan Bagus
Begitulah. Aku enggak bisa menjabarkan Medaka Box lebih baik daripada itu. Pokoknya, apa yang bermula dari bab-bab episodik tentang bagaimana Medaka dan Zenkichi membantu orang secara radikal berubah menjadi seri aksi/misteri/fantasi/sains-fiksi seiring dengan munculnya pihak-pihak yang hendak menjatuhkan Dewan Siswa. Mungkin dalam bahasa Bakuman, seri ini benar-benar merupakan sebuah seri aksi mainstream yang non-mainstream.
Jujur saja, tak banyak yang akan bisa tahan mengikuti seri ini. Sebab pemaparan cerita ini melalui dialog-dialognya bisa agak ngejelimet. Seperti manga-manga lain yang dibuat oleh duo penulis-penggambar, Medaka Box memiliki jumlah balon teks yang melebihi rata-rata kebanyakan manga. Ditambah lagi, sesuai kekhasan Nisio-sensei, tokoh-tokoh yang dipaparkan dalam cerita ini adalah tokoh-tokoh dengan kepribadian dan pola pikir luar biasa aneh.


Medaka misalnya, akibat suatu insiden yang ia alami bersama Zenkichi dulu, adalah orang yang telah memutuskan untuk mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk kepentingan orang lain. Tapi bukan berarti dia orang yang mengorbankan dirinya sendiri. Dia intinya memilih untuk menjadi sosok yang mendidik, membina, membesarkan dsb. yang bahkan di hadapan musuh-musuh yang mencelakainya sekalipun, masih berupaya agar semuanya bisa mencapai suatu win-win solution. Penggambaran hal ini begitu gila dan enggak realistis, apalagi dengan penceritaan cara Medaka mewujudkan hal ini. Tapi tetap saja perkembangan yang senantiasa terjadi berakhir memukau dengan cara yang aneh.
Jadi selain adegan-adegan aksi ‘ajaib’ yang dipenuhi kemampuan-kemampuan khusus, adegan-adegan perang mental turut mewarnai seri ini, selayaknya seperti yang bisa ditemui di Hunter x Hunter. Bagaimana perang kata berlangsung dan berakhir dengan berubahnya pandangan hidup sebagian tokohnya menjadi satu hal yang belum pernah kutemui di seri lain. Ditambah lagi, sebagai salah satu kekhasan seri ini, kemampuan-kemampuan ajaib yang para karakternya miliki terkait langsung dengan kepribadian dan cara berpikir mereka.


Salah satu tokoh antagonis paling berkesan, Kumagawa Misogi, dikisahkan adalah orang sangat rendah diri yang memandang dirinya sebagai pecundang lemah yang tak lebih baik daripada sampah—dan karena itu berupaya melakukan kudeta terhadap Dewan Siswa demi bisa memusnahkan orang-orang elit yang bersekolah di sana untuk mewujudkan pengharapan orang-orang rendahan seperti dirinya. Kumagawa memiliki kemampuan yang dinamainya All Fiction yang memungkinkannya meniadakan semua luka dan kerusakan yang terjadi pada tubuhnya, yang tumbuh dari pola berpikir di mana ia merasa bahwa semua penderitaan yang dialaminya sebenarnya tak ada, yang kurang lebih menjadi satu-satunya cara yang memungkinkannya menghadapi dunia.
Pemaparan hal ini begitu mendalam dan runut, kerap kali susah dicerna, dan terus terang seringkali berkembang dengan luar biasa berlebihan. Tetapi pada waktu yang sama, segalanya bisa begitu memikat bagi orang-orang yang bisa mencernanya karena memang penulisannya sangat cerdas.
Aku awalnya merasa kurang nyaman dengan gaya gambar Akatsuki-sensei. Di mataku, desain tokoh-tokoh yang dibuatnya sama sekali tak menarik. Tapi semakin ke sini, gaya gambarnya kurasa memberi nuansa teramat pas terhadap segala kegilaan di seri ini.


Abnormal, Plus, Minus, Not Equal…




Yah, di dunia ini memang ada seri-seri yang mengangkat tema atau ide cerita yang sama sekali tak lazim. Lalu seri itu menjadi menarik karena keunikan tema yang seri itu angkat. Seri-seri macam Air Gear dan Mushishi, misalnya. Kita enggak lagi peduli dengan karakterisasi atau plotnya. Oke, kita mungkin akan sedikit peduli dengan kualitas artwork dan kadar fanservice di dalamnya. Tapi intinya, kita bisa jadi suka dengan sebuah seri hanya karena temanya belaka.
Tapi Medaka Box itu aneh. Amat, sangat, aneh. Belum pernah aku nemu seri yang begitu sulit dijelaskan konsepnya kayak cerita ini.


Aku agak berharap seri ini bisa dilisensi di sini agar bisa secara nyata kukoleksi. Tapi dengan kadar fanservice yang tak segan-segan diberikan serta betapa twisted-nya tokoh-tokoh seri ini (tunggu, jangan bayangkan karya-karya Oh! Great dulu!), ditambah lagi dengan level dialog dan narasinya yang benar-benar sangat tinggi, aku agak ragu apa penerbit lokal sini bisa menangani seri ini secara baik. Yah, mungkin aku takkan putus harapan dulu bila ada beberapa LN karya Nisio-sensei diterbitkan resmi di sini dengan penerjemahan yang baik (pasti terjemahannya memerlukan banyak catatan kaki). Tapi gelagat sekarang ini kurasa tidak memungkinkan… (Sebagai contoh, belum lama ini aku membeli edisi pertama Hitohira terbitan MnC dan langsung membuangnya ke tempat sampah karena tak bisa memahami dialog-dialognya sama sekali.)

Oh ya. Aku juga takkan melupakan bagaimana di seri ini kerap ada adegan berdarah-darah. Ditambah dengan cara narasi/deskripsi Nisio-sensei tentangnya yang kerap membuat merinding.
Akhir kata, aku agak curiga bahwa alasan Medaka Box sedemikian berubah temanya di paruh awal cerita adalah agar tak bentrok dengan Sket Dance yang diserialisasikan di majalah yang sama. Tapi perkembangannya yang gila dan enggak terbayangkan itu benar-benar menyadarkanku akan betapa banyaknya cara berpikir manusia di muka bumi ini.
Entah ya. Meski sekilas enggak penting, seri ini beneran membukakan mata? Kurang lebih begitu.

Sumber:http://alfare.wordpress.com

Jumat, 17 Februari 2012

5 Centimeters Per Second




Kata-kata cinta yang sulit untuk terucap, surat-surat yang hanya tersimpan di laci, dan pesan-pesan sms yang tak pernah terkirim. Hal-hal yang seharusnya mudah untuk tersampaikan kepada seseorang yang kita sayangi. Terasa sangat berat untuk dilakukan. Hingga akhirnya waktu berlalu, meniupkan masa depan yang berbeda. Berbeda dengan apabila hal-hal tersebut dulu dapat tersampaikan.

Itulah sekiranya yang Aku tangkap dari film berjudul 5 Centimeters per Second. Sebuah film animasi garapan CoMix Wave yang disutradarai oleh Makoto Shinkai.

Bercerita tentang seorang anak SD bernama Tohno Takaki yang menyimpan perasaan terhadap Akari, teman sekolahnya yang juga mempunyai perasaan yang sama. Hingga pada suatu ketika mereka berpisah saat kelulusan SD, dimana Akari harus mengikuti orang tuanya pindah ke luar kota.

Meski terdengar klise, tema itu mampu diceritakan dengan begitu menarik dalam film ini. Perasaan Takaki kepada Akari begitu pula sebaliknya - yang seharusnya dapat begitu mudah disampaikan ketika masih berada di satu sekolah - tampak begitu sulit tersampaikan. Hingga Akari pindah ke tempat yang jauh - yang untuk menemuinya saja membutuhkan perjuangan - semakin membuat perasaan mereka sulit untuk bertemu. Sampai kemudian giliran Takaki sendiri yang harus pindah sekolah mengikuti orang tuanya. Membuat jarak diantara keduanya menjadi kian renggang.

Sesuai judulnya, 5 Centimeters per Second : a chain of short stories about their distance, adalah tentang bagaimana hubungan mereka (antara Takaki dan Akari) merenggang dan menjauh seiring berjalannya waktu (5cm per detik - mungkin), karena perasaan yang tak tersampaikan lebih awal, hingga akhirnya tidak pernah tersampaikan sama sekali.


Dihiasi dengan lagu tema berjudul "One More Time, One More Chance" yang dibawakan dengan sangat bagus sekali oleh Masayoshi Yamazaki, begitu menyatu sekali dengan tema cerita, menambah kesan sendu dan menyentuh dari film berdurasi satu jam ini. Bagaimana perasaan Takaki kepada Akari sangat tergambar jelas dalam lirik lagu tersebut.

Overall, meski sangat klise, film ini mampu menyuguhkan sisi lain dari sebuah 'cinta monyet'. Periode cinta yang paling awal dan mungkin paling manis dalam kehidupan manusia. Sangat polos dan simpel antara dua anak manusia, serta bagaimana kemudian cinta itu kandas di tengah jalan. Tema cerita semacam itu akan selalu menggelitik setiap manusia untuk mengingat masa lalunya masing-masing.


Tak hanya mengandalkan cerita yang bagus, film ini juga menyuguhkan tampilan animasi yang memukau dan setting yang detail. Aku sendiri berpendapat, dari beberapa segi, mungkin ini adalah salah satu film animasi Jepang terbaik yang pernah kutonton. So, menurut ku, rating untuk film ini ada di 8,0/10, sebuah film yang tidak boleh dilewatkan.


Judul : 5 Centimeters Per Second
Genre : Drama, Romance
Sutradara : Makoto Shinkai
Produser : Makoto Shinkai
Penulis : Makoto Shinkai
Musik : Tenmon
Studio : CoMix Wave Inc.
Rilis Pertama : 3 Maret 2007
Durasi : 65 menit


Oleh :Fun otaku