Kita semua pernah berbohong atau menyembunyikan perasaan kita yang sesungguhnya, karena kebebasan berekspresi yang sempurna adalah hal tidak mungkin dalam kehidupan sosial. Sejak kecil kita belajar untuk merahasiakan pemikiran kita, mengatakan hal-hal yang kita tahu mereka ingin dengar, memperhatikannya dengan hati-hati, jangan sampai menyinggung perasaan mereka. Bagi banyak orang ini normal, ada ide serta nilai-nilai yang diterima kebanyakan orang, dan tak perlu mendebatkannya. Kita percaya apa yang kita mau, tapi sambil menggunakan kedok.
Namun, ada orang-orang yang tidak dapat mentolerir hal ini dan menganggapnya melanggar kebebasan, dan mereka merasa perlu membuktikan kelebihan nilai-nilai serta apa yang mereka percaya. Pada akhirnya, argumen mereka hanya akan meyakinkan segelintir orang dan menyinggung lebih banyak orang. Alasannya adalah karena kebanyakan orang memegang ide dan nilai-nilai mereka tanpa memikirkannya.
Ada sisi emosional yang kuat dalam apa yang mereka percaya: Mereka sebenarnya tidak mau mengubah kebiasaan dan pemikiran mereka, dan saat anda menantang mereka, biarpun secara langsung melalui argumen atau secara tak langsung melalui perilaku anda. Mereka menentang.
Ada sisi emosional yang kuat dalam apa yang mereka percaya: Mereka sebenarnya tidak mau mengubah kebiasaan dan pemikiran mereka, dan saat anda menantang mereka, biarpun secara langsung melalui argumen atau secara tak langsung melalui perilaku anda. Mereka menentang.
Orang bijak dan pintar belajar lebih awal bahwa mereka dapat memperlihatkan perilaku serta ide konvensional tanpa harus mempercayainya.
Kekuatan yang orang-orang ini dapatkan adalah dari dibiarkan seorang diri untuk mempunyai pemikiran yang mereka inginkan, dan untuk mengekspresikannya kepada orang-orang yang mereka mau, tanpa harus merasa diisolasi atau diasingkan dari masyarakat. Saat mereka mendapatkan dalam posisi yang kuat, mereka dapat mencoba meyakinkan kebenaran ide-ide mereka kepada lingkaran sosial lebih luas.
Kekuatan yang orang-orang ini dapatkan adalah dari dibiarkan seorang diri untuk mempunyai pemikiran yang mereka inginkan, dan untuk mengekspresikannya kepada orang-orang yang mereka mau, tanpa harus merasa diisolasi atau diasingkan dari masyarakat. Saat mereka mendapatkan dalam posisi yang kuat, mereka dapat mencoba meyakinkan kebenaran ide-ide mereka kepada lingkaran sosial lebih luas.
Penjabaran logika lebih jauh dari praktek ini adalah kemampuan tak ternilai untuk menjadi ‘all things to all people.” Saat kamu ada bersosialisasi, tinggalkan ide-ide serta nilai yang kamu percaya, dan pakailah kedok yang paling sesuai untuk grup yang kamu temui. Orang lain akan menangkap umpanmu karena merasa tersanjung kamu bisa berbagi ide dengan mereka. Jika hati-hati, mereka tidak akan menganggap kamu hipokrit karena kamu tidak menyatakan secara persis apa yang kamu percaya. Mereka juga tidak akan menganggap kamu kurang memiliki nilai. Pastinya kamu punya nilai, nilai yang kamu bagi dengan mereka.
Satu-satunya waktu dimana kamu bisa menonjol adalah saat kamu telah mencapai posisi kekuatan yang teguh, dan kamu dapat memperlihatkan perbedaan sebagai pertanda jarakmu dengan yang lain. Akan lebih aman bila kamu berbaur dan memelihara budaya yang ada. Berbagilah keaslian dirimu hanya dengan orang-orang yang bisa mentolerirnya serta mereka yang bisa mengapresiasi keunikanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar