Perasaan kamu adalah milik kamu, bukannya kamu adalah milik perasaan kamu.. so belajarlah mengendalikan, bukan Anda yang dikendalikan.
Ingatlah, kamu BUKAN perasaan kamu. Belajarlah memisahkan dan mengelolanya, supaya kamu menjadi lebih cerdas, bijak dalam bersikap.
Latihan yang paling sederhana untuk mengelola perasaan adalah dengan disasosiasi. Sebagai contoh adalah ketika kamu mengucapkan kalimat “Saya takut!” , akan menjadi lebih baik jika kamu berkata “Saya sedang merasa takut!” , karena kalimat “Saya takut!” membuat asosiasi SAYA = TAKUT yang mengimplikasikan diri kamu sebagai takut , kamu menjadi terikat & dikendalikannya.
Asosiasi seperti itu membuat kamu menjadi semakin intens atau tenggelam dalam perasaan kamu, bahkan akan memicu perasaan-perasaan buruk lainnya. Maka dari itu, perlu diasosiasi atau istilah lain pemutusan-asosiasi , ciptakan kesadaran pemisah antara diri kamu dan perasaan kamu. Kalimat “Saya sedang merasa takut!” , itu menciptain batasan kesadaran antara SIAPA yang melakukan dan APA yang dilakukan.
“Saya sedang merasa takut!” membuat kamu SADAR bahwa diri kamu (‘Saya’) dan perasaan (‘takut’) itu adalah dua hal yang berbeda. “Saya sedang merasa takut!” juga membuat kamu sadar bahwa KAMU-lah si EMPUNYA perasaan, bahkan KAMU-lah si PELAKU perasaan itu. “Saya sedang merasa takut!” membuat kamu SADAR bahwa KAMU subyek yang memilih merasakan perasaan itu, kamu bukan obyek atau korban perasaan.
Pemisahan kesadaran antara SIAPA kamu dan APA perasaan kamu penting sekali karena membangun sense of power and ownership. Jika kamu SADAR kamu adalah pelaku kehidupan dan perasaan kamu adalah salah satu menu santapan kehidupan, kamu dapat mengelola ‘diet’ perasaan. Jika kamu SADAR bahw kamu dan perasaan kamu adalah dua hal yg berbeda , kamu menjadi lebih berkuasa untuk memilih dan mengelolanya.
Diasosiasi antara diri dan emosi seperti itu perlu menjadi kebiasaan setiap kali merasakan perasaan yg intens, positif ataupun negatif. “Saya bahagia!” , adalah kalimat yang sangat bagus , tapi perlu diimbangi dengan kalimat “Saya sedang merasa bahagia!” juga supaya tetap sadar bahwa KAMU-lah yg memilih untik bahagia. Janganlah membeda-bedakan antara perasaan negatif atau buruk dan perasaan positif atau baik. Keduanya adalah perasaan, so perlakukan serupa.
Kalau kamu sudah menjadikan disasosiasi itu sebagai habit, kamu akan otomatis lebih mudah mengelola perasaan-perasaan yg melemahkan. Jika perlu, untuk melatih disasosiasi adalah mempertebal kesadaran itu dengan menyebut NAMA, JAM, TEMPAT, dan KONDISI KEADAAN SEKITAR kamu. contoh: “Saya ada lah Adam . Saya sedang merasa bingung sambil duduk di meja komputer saya . Sekarang sambil membaca buku yang diberikan pacar saya ,saya meninjau ulang tentang pandangan subjektif saya terhadap dia, apakah pandangan saya yang subjektif tadi membawa dampak bagus atau dampak buruk, saya sedang merasa bahwa hubungan kami tidak ada harapan, dan bila diteruskan sama saja menyimpan buah yang sudah lama busuk untuk dibuang dilain hari, sambil memikirkan itu saya tetap duduk dan kemudian menulis tulisan yang saya tulis sekarang dst..
Sebutkan segala sesuatu yang diterima oleh kelima panca indera kamu, dan selalu awali kalimat dengan kata ‘saya’. Kalimat-kalimat itu diucapkan bersuara untuk didengar telinga sendiri. Mengucapkan nama, jam, tempat, kondisi dsb adalahgrounding exercise supaya kamu MAKIN SADAR akan realita SEKARANG. Kalau kamu sedang terasosiasi perasaan, kamu tidak sadar akan waktu karena dunia internal/pikiran tak kenal waktu, semua ‘nyambung kusut’.
Maka dari itu , jika sedang takut/sedih/marah/dsb, pikiran kamu menjadi maju-mundur liar dalam waktu, menyambungkan hal itu dengan segala sesuatu. Grounding exercise sangat bagus dilakukan untuk semakin men-disasosiasi-kan kamu dari perasaan-perasaan yang terlalu mengganggu. Disasosiasi+Grounding bantu kamu untuk HIDUP di saat ini, sekarang, kini.. bukannya hidup (dan terhanyut) dalam perasaan-perasaan.
Jangan salah tanggap, disasosiasi itu bukan berarti kamu menolak perasaan..justru mengijinkannya dan menerimanya hadir secara wajar. Biarkan saja perasaan atau pikiran (negatif) itu mampir, hadir, dan berlalu begitu saja, karena mereka bagian dari kamu tapi BUKAN kamu. Kalau kamu sudah disasosiasikan diri, perasaan-perasaan itu bisa datang, melakukan tugasnya, dan pergi dengan lebih mengalir.
Kalau kamu sok ber-positive-thinking, kamu sedang MEMBUNUH pikiran lainnya (yang negatif) , makanya dia akan MENGHANTUI lagi. Stop menghakimi/menilai perasaan kamu sendiri. Lakukan disasosiasi+grounding , lalu biarkan perasaan-perasaan itu mengalir. Disasosiasi+grounding ini tidak hanya berguna mengelola perasaan mengganggu saja , tapi bisa untuk rasa sakit fisik juga.
Kalau kamu merasakan luka/sakit di badan, lakukan disasosiasi+grounding , rasakann efeknya yang menenangkan dan meredakan. Jadi, disasosiasi+grounding ini berguna sekali sebagai salah satu prosedur P3K dan perawatan urgent-sementara lainnya. Tapi ingat kalau ada luka/sakit fisik, setelah disasosiasi+grounding kamu tetap harus mencari pengobatan yang sesungguhnya.
Minggu, 29 Juni 2014
Kamis, 22 Mei 2014
Kehidupan
Saat kau berusaha menyakitiku, aku tertawa, dan tawa tak
mengenal rasa sakit
Aku menyesuaikan kesenanganmu kalau mendapatnya, kesedihanmu
tidak mematahkan semangatku, karna ada tawa dalam jiwaku
Air matamu bukanlah untuk ku. Aku sungguh lebih menyukai
tawa. Aku menggunakannya sebagai pengganti rasa sakit dan kekecewaan
Kehidupan! Kau penipu yang plin plan! Kau memasukan emosi
cinta dalam hati supaya dapat menggunakannya sebagai duri untuk melubangi
jiwaku. Tetapi aku belajar menghindari jebakanmu dengan tawa
Kau berusaha mengiming-imingiku dengan hasrat emas. Tapi aku
mengalahkanmu dengan memilih jalan yang mengarah ke pengetahuan tidak terbatas
Kau merayuku untuk membangun sebuah persahabatan indah, lalu
mengubah temanku menjadi musuh. Sehingga kau buat hatiku mengeras, tapi aku
menghindari kelicikanmu dengan menertawakan upayamu dan memilih teman baru
dengan caraku sendiri
Kau mengancamku dengan kematian, tapi bagiku kematian tak
lebih dari tidur panjang yang damai dan tidur adalah pengalaman termanis yang
dialami manusia – setelah tertawa
Kau membangun api harapan di dadaku lalu memercikan air
kobarannya, tapi aku mengunggulimu dengan menyalakan kembali api itu dengan
caraku sendiri – dan sekali lagi menertawakanmu
Kau melahirkanku ke dunia di dalam kesedihan. Orang tua yang
berpisah, lingkungan yang kejam, tapi itu terbukti merupakan berkah terselubung
karena keadaan ini mengajarkanku ada sebuah kekuatan untuk memilih tindakan
tanpa terpengaruh keadaan dan situasi bebas dari obat-obatan terlarang, minuman
beralkohol, dan keteguhan hati dan ratusan perilaku berguna lainnya yang tak
akan pernah diketahui oleh orang yang tidak pernah merasakan apa itu derita
Kehidupan. Kau menjalar sejauh yang kupedulikan. Karna kau
tidak punya apa-apa untuk menjauhkanku dari tawa dan kau tak berdaya tanpa apa
pun untuk menakutiku, karena aku menyadari ketenangan jiwa, kebahagiaan, dan
anugrah adalah sebuah pilhan.
Selasa, 22 April 2014
Teori Doang Sih Gampang
"Ah itu Teori Doang"
"Alah kalau teori doang sih gampang" begitu pendapat ibuku saat break seminar motivasi yang sedang kami ikuti 2 tahun lalu.
Kupikir-pikir, ternyata ibuku mencium bahwa ada masalah bagaimana supaya respon kita selalu dalam keadaan yang sesuai dengan harapan rasional dan objektivitas yang diajarkan oleh seminar tadi dan bagaimana sih supaya teori itu tidak sekedar menjadi teori?
Aku ambil contoh saat kita belajar mengetik di komputer. Kita baru saja belajar dan belum begitu terbiasa dengan letak tombol-tombolnya, maka wajar kalau kita mesti memperhatikan setiap gerakan saat kita mengetik. Begitu praktik dan kebiasaan didepan keyboard tadi sudah sering dilakukan dan rajin dilatih, kita sudah mulai terbiasa dan akhirnya mulai familiar untuk mengetik dengan benar mesikpun tidak melihat keyboard. Dengan kata lain, kegiatan diatas tadi, bila sudah direkam dan dibiarkan berkembang dalam alam bawah sadar kita, maka improvisasi bisa timbul dengan sendirinya
Hal yang sama dapat diteruskan dalam bidang apa saja yang menuntut kita melakukannya dalam alam kebiasaan, apakah itu menyetir mobil, bicara dimuka umum, atraksi berbahaya, bangun kesiangan, rasa malas, berbohong, pemalu, itu semua bisa kita lakukan karna kita dalam waktu lama melatih diri kita agar menjadi seperti itu.
Untuk memiliki dan mempertahankan cara seperti ini, kita harus memberi pikiran kita secara teratur dengan input yang bersih dan positif.
Dan begitu makanan mental rutin ini menjadi kebiasaan, maka kita akan memiliki dasar baru yang akan berespon positif, apapun situasi yang dihadapi, jadi bukan sekedar teori doang tapi sesuatu yang sudah jadi bagian dari alam bawah sadar kita saat melakukan sesuatu :)
Langganan:
Postingan (Atom)